Rabu, 30 Desember 2020

Resolution = Re-solution

Resolution -> Re-solution. Membuat solusi baru. Kenapa baru? Bisa karena tantangannya baru (umumnya sih, begini), tetapi bisa juga karena tantangan tahun lalu ternyata tidak berhasil ditaklukkan dengan solusi yang lama.

***

Akhir tahun itu identik dengan mempersiapkan diri untuk tahun yang akan datang. Pertanyaan tahunan itu pun bermunculan di mana-mana. "Apa harapan kamu untuk tahun 2021?" "Apa resolusimu untuk tahun depan?"

Aku bukan tipe orang yang skeptis terhadap harapan ataupun resolusi. Aku tidak menyangkal bahwa berdoa untuk kebaikan di tahun depan itu sesuatu yang bermakna.

Tetapi entahlah, rasanya ada yang salah dengan semua itu. Kenapa?

Karena  ... aku merasa kalau menengok ke masa lalu itu harus dilakukan dulu di saat-saat seperti ini. Bukan untuk kembali menyesali yang telah terjadi, tetapi untuk menelusuri lagi alur perjalanan kita. Nyatanya dalam hal ini, masa lalu bukanlah sesuatu yang harus dilupakan, tetapi ia justru yang memberi kita pelajaran.

Apa hubungannya dengan resolusi dan harapan?

Ya ... sederhananya, kupikir tidak ada artinya untuk membuat resolusi baru tanpa melihat dulu apakah sebelumnya resolusi itu sudah pernah terwujud atau belum, sudah pernah dijalankan atau belum, dan kalau sudah dijalankan tapi belum terwujud, apakah caranya sudah efektif atau masih bisa diperbaiki?

Kalau mau to the point, aku cuma mau bilang kalau sebelum membuat resolusi apa pun, lihat dulu ke belakang. Sudah benarkah jalan selama ini? Sudah berhasilkah cara-cara sebelum ini? Sudah tepatkah keputusan-keputusan ini?

Buat apa dilihat dulu? Supaya kita enggak dengan bodohnya mengambil cara yang sama dengan sebelumnya dan bakal gagal lagi, membuang waktu percuma dengan mengulang ketidakefektifan yang sama. Ya, aku sedang blak-blakan banget di sini. Maaf kalau menyinggung kau yang membacanya.

Aku jadi kepikiran ini juga sesudah membaca salah satu posting-an tentang refleksi diri. Iya, refleksi. Aku juga enggak akan bilang gini dan bakal tetap membuat resolusi tanpa menoleh dulu dan mengevaluasi masa laluku setahun terakhir. Terima kasih buat pembuat post-an itu, aku lupa akunnya, but thank you so much for the reminder.

Apakah salah kalau langsung bikin resolusi saja? Tidak. Tetapi cara ini mungkin bisa membantu untuk menemukan jalan yang lebih baik, membuat keputusan dengan lebih tepat, dan membuat rencana yang lebih efisien untuk tahun berikutnya :)

By the way, sebenarnya kita bisa saja membuat resolusi setiap bulan. Kenapa harus setiap tahun? Well, tidak salah juga sih, aku pun akan lebih senang dengan resolusi tahunan dibanding bulanan. Tetapi biasanya resolusi tahunan itu list-nya panjang. Dari situlah mungkin bisa dipecah menjadi butir-butir spesifik resolusi bulanan agar lebih terarah. Ya. Ide bagus untukku juga.

Not sure I would do it effectively, though. Tetapi kalau kau tipikal orang yang terstruktur dan terjadwal mungkin bisa atau malah sudah menggunakan cara ini.

Ya .... Kupikir sekian saja dulu tentang resolusi. Musim bahasan tentang resolusi membuatku terbawa ke pemikiran ini begitu saja, sama seperti waktu yang membawaku ke akhir tahun ini seolah "begitu saja". Entahlah, apakah resolusiku sendiri awal tahun kemarin sudah tercapai atau belum. Tetapi apa pun itu, semoga untuk tahun depan aku tidak akan mengulangi kesalahan sistem yang sama :)

For you and for the world, may everything goes well on you!