Kamis, 31 Desember 2020

Rewind the Moments of 2020 - Part I

Tahun 2020 tengah bersiap pergi, meninggalkan kesan beragam di hati miliaran manusia yang telah tiba di tempat yang berbeda-beda pula saat ini. Begitu 2021 tiba, ia akan segera menjadi bagian dari masa lalu. Mungkin tak akan mudah bagi kita melupakan semua yang telah terjadi dalam 366 hari ini. Termasuk juga bagiku.

Terutama karena ... setelah melalui berbagai badai di pertengahan tahun ini bersama jutaan teman seperjuanganku, gelar "angkatan 2020" akan terus tersemat pada diriku, pada diri kami, tak akan begitu saja terlupakan. Apakah aku menyesal? Tidak. Aku bersyukur. I can't be more grateful to be a part of this year's fighter. This might have been the best way to be what I am today, tomorrow, ... and beyond. And I thank Him for that :)

***

Saat aku mencoba mengenang kembali masa-masa dua belas bulan terakhir, merunut setiap kejadian yang silih berganti tiba dengan kesannya masing-masing, baru kusadari bahwa begitu banyak yang telah kulalui.

Januari

Aku memutuskan untuk mengikuti lagi les bahasa Inggris yang telah kutunda, kalau tidak salah, dua periode. Kembali bertemu dengan guru yang pernah mengajarku sebelumnya, teman-teman dan ruang kelas yang baru. Masa-masa menyenangkan di mana Sabtu selalu menjadi hari yang kutunggu sebagai pelarian dari kewajiban belajar dan try out.

Aku juga sempat mengikuti seminar Bandung DreamIn, semacam seminar yang mengangkat tema self-actualization, diselenggarakan oleh Karisma ITB pada tanggal 19 Januari. Secara keseluruhan muatan seminarnya memang cukup menarik, tapi bukan itu yang menurutku paling berkesan dalam acara itu. Menjelang akhir acara, kami para peserta diberi selembar kertas bergaris berwarna biru yang di paling atas tertulis: "My Dream - will be come true soon!" Ya, kami diminta menuliskan impian kami sesudah mengikuti seminar tersebut.

Di kertas itu, sesudah kubuka kembali sekarang, rupanya aku menuliskan harapanku untuk masuk jurusan Psikologi Unpad di kalimat pertama. Um. Iya, terus terang aku agak kaget juga waktu lihat lagi :)

Abaikan hasil tulisanku karena nulis di kursi tanpa meja :"


Nah, setelah selesai menulis, kami juga diberikan masing-masing sebuah balon yang belum ditiup dan kami harus memasukkan kertas yang sudah ditulis tadi ke dalamnya. Lalu, kami disuruh meniup balon itu ... sampai meletus. Suruhan itu menuai sedikit kehebohan, termasuk aku sendiri yang langsung mengalami kehebohan internal alias panik, haha. Sejumlah peserta yang takut balon tidak mau melakukannya dan akhirnya diizinkan untuk tidak meniup balonnya serta pindah ke barisan paling belakang kecuali beberapa orang yang ingin mencoba melawan rasa takutnya (mereka keren, aku salut). Aku sendiri panik karena alasan yang berbeda, bukan karena takut letusan balon. Aku takut karena seumur-umur hanya hitungan sebelah jari aku pernah bisa meniup balon sampai besar. Ini disuruh sampai meletus?!

Tidak ada teman yang bisa dimintai tolong untuk meniupkan balonnya kali ini. Adikku sudah pulang duluan dan tidak ada teman yang sudah kukenal baik di sana. Aku harus mencoba sendiri (yea, meskipun ada teman juga aku harus meniup sendiri sih, wkwk, enggak ada bedanya :")). Akhinya aku beranikan diri, mengumpulkan seluruh tekad dan mulai meniup begitu aba-aba diserukan. Suara letusan balon mulai terdengar setelah sekitar semenit atau kurang, entahlah. Aku tidak terlalu memedulikan sekitar karena fokus meniup--entah bagaimana juga caranya aku bisa meniup dan langsung bisa dalam first try.

Kau pasti tahu seberapa besar yang harus dicapai oleh balon untuk bisa meletus. Balon yang kutiup itu akhirnya sudah bisa sangat menggelembung, tapi itu sungguh perjuangan berat dan saat sebagian besar peserta termasuk teman di sebelah kiri-kananku sudah berhasil meletuskan balonnya, aku berhenti, kehabisan napas, terengah-engah, benar-benar merasa tidak sanggup lagi melanjutkan. Tapi aku sudah bertekad untuk menyelesaikannya, jadi aku memaksa diri kembali meniup. Teman di dekatku mulai menyemangati, berseru meyakinkanku untuk terus meniup, membuatku merasa tenagaku sedikit kembali. Sampai akhirnya ...

DOR!

Balon itu meletus di tanganku, berserakan, kertas yang tadi ada di dalamnya terlempar. Aku masih terengah, gemetar menenangkan diri sambil mengambil minum sebelum memungut pecahan balon dan kertasku. Hal itu ... mungkin biasa saja bagi orang-orang, apalagi yang sudah pernah meniup balon. Tapi bagiku, dan juga mungkin mereka yang tadinya takut tapi ingin mencoba, itu suatu prestasi yang luar biasa. HAHA konyol memang kedengarannya, tapi memang seberarti itu.

Hari itu, aku merasa seolah meletusnya balon yang berisi impianku itu, dengan perjuangan keras untuk melakukannya, seperti sebuah pertanda bahwa aku akan bisa mencapai impianku. Mungkin memang berat, seperti saat aku berusaha melawan rasa takut dan mengerahkan segala upaya terbaikku, seperti yang dijelaskan oleh pemateri begitu sesi balon itu selesai. Entahlah, aku tidak tahu, tapi saat itu aku benar-benar merasa dikuatkan, aku percaya Allah akan mengabulkan harapanku dan aku akan berjuang untuk itu. One of the best feeling this year :")

Terus terang saja, efek dari kejadian hari itu masih menyertaiku sampai saat ini. Saat aku berhasil diterima tujuh bulan kemudian, di tengah rasa syok dan euforia yang melanda, aku sempat teringat pada momen di hari Minggu itu. Ada haru dan rasa tak percaya bahwa kalimat pertama yang kutuliskan di kertas itu benar-benar terwujud. Balon itu .... Ah. Allah Maha Besar.... :")

Selain momen Bandung DreamIn, di bulan ini jugalah aku mengikuti Open House Unpad untuk pertama kalinya, hari Sabtu tanggal 25 Januari. Terus terang saja itu merupakan pertama kalinya aku pergi ke universitas impianku itu sejak mengincarnya sebagai tempat melanjutkan pendidikan. Salah satu momen paling menyenangkan tahun ini. Janjian dengan teman-teman bimbelku sejak hari-hari sebelumnya dan kami pun menghabiskan waktu di sana. Setidaknya aku sendiri menghabiskan waktu sampai sore karena teman-temanku pulang duluan sesudah Zuhur. Mestinya aku juga pulang. Tapi kenapa tidak?

Aku ingat sekali, aku nekat bertahan sampai sore meskipun tidak terlihat adanya teman pulang bareng nantinya itu karena ... aku ingin melihat presentasi mengenai Fakultas Psikologi :) Baru kusadari juga bahwa keambisanku juga terjadi waktu itu, selain menghabiskan waktu paling lama di stan fakultas itu saat keliling. Haha.

Yah, begitulah hari itu. Besoknya, kami juga pergi lagi ke Unpad untuk mengikuti try out. Ya, dua hari berturut-turut itu aku ke sana. Kali itu aku juga sempat menghabiskan waktu sendiri lagi karena alasan yang sama, temanku pulang duluan sementara aku ingin ke Rektorat dulu untuk mengambil foto.





Masih masa liburan (aku baru bisa pastikan itu sekarang), jadi lagi sepi-sepinya waktu aku berjalan ke Gerlam dari Rektorat melalui jalur Soshum yang sudah kukenal baik karena waktu ke OH juga lewat situ. Paginya itu aku sempat melewati Fakultas Psikologi untuk pertama kalinya (karena waktu OH gagal) saat berangkat diantar papa, jadi saat pulangnya pun aku sudah berniat untuk ke sana. Sempat ragu karena sepi banget, cuma ada beberapa petugas, tapi aku menguatkan hati untuk terus berjalan melintasi FK, FKG, FKep, sampai akhirnya kutemukan dia. Fakultas Psikologi. Aku hanya menatapnya dari luar sambil mengambil foto, menitipkan harapan, lalu berjalan kembali ke Masjid.



Di bulan Januari juga aku sempat memulai satu start yang baik untuk sebuah rutinitas dengan membuat TtBC Challenge. "Trying to Be Consistent Challenge", program menantang diri sendiri untuk konsisten menulis di notes HP tentang apa saja. Pendek dan random juga tak apa, asalkan KONSISTEN setiap hari, tidak boleh terlewat, selama bulan Januari penuh.

Agak sulit juga, beberapa kali aku hampir gagal mempertahankan streak, tapi pada akhirnya alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya, 31 hari tanpa putus satu hari pun. Itu mungkin bisa dibilang pencapaian pertamaku tahun 2020 ini dan membuatku percaya bahwa aku sebenarnya bisa konsisten jika aku mau dan punya tekad kuat untuk itu. :)



Dari tadi hanya yang senangnya saja. Apakah juga ada kekecewaaan?

Ya, ada. Meskipun syukurnya bukan hal besar. Bulan Januari itu aku mendapatkan kabar bahwa salah satu try out yang akan aku ikuti di minggu kedua Januari (kalau tidak salah) rupanya dibatalkan untuk kotaku. Aku kecewa, memang, karena aku sudah sangat menunggu momen itu dan sudah bersemangat mempromosikannya pada teman-temanku sejak bulan sebelumnya. Ya, itu try out yang diselenggarakan oleh platform yang sama dengan try out yang pernah kuikuti tahun 2019. Aku mendapatkan tiket gratis untuk tahun 2020 karena mengikui try out tahun 2019 itu, tetapi ternyata hangus karena dibatalkan. :)

Yah, tak apalah. Ada untungnya tiketku gratis, jadi aku tidak rugi secara finansial. Haha. Dan sejauh yang kuingat, hanya momen itu yang sedikit membuat hatiku kecewa di bulan Januari tersebut, selebihnya tidak terlalu kuingat dan berarti tidak terlalu berkesan. Syukurlah. :)

Terakhir, aku baru ingat. Satu hal lagi yang terjadi di bulan ini adalah saat RAWS (Reading and Writing for Souls), komunitas menulis yang didirikan Bunda Ary Nilandari, membuka pendaftaran anggota baru untuk batch 2. Aku yang sudah mengikuti info mengenai RAWS sejak tahun sebelumnya pun merasa tertantang untuk ikut. Ada sejumlah keraguan sebetulnya karena aku masih menghadapi bulan-bulan ujian, tapi kupikir kesempatan yang sama tidak selalu ada lagi. Jadi, aku mendaftar. Mengisi formulir dengan berusaha memikirkan jawaban terbaik untuk pertanyaan yang diseleksikan. Dan begitulah. Formulir itu pun kukirimkan dengan harapan untuk yang terbaik saja.

Februari

Momen yang paling kuingat di bulan ini ada tiga. Pertama, awal bulan itu aku membuka pengumuman hasil seleksi RAWS dan rupanya aku diterima. Senang, ya, karena aku memang menginginkannya dan berhasil menjadi "yang terpilih". Rutinitas baruku pun dimulai, mengikuti kelas dan mulai menyiapkan diri untuk mulai menulis di Wattpad. Salah satu momen yang turut mengubah arah jalanku hingga saat ini.

Lalu yang kedua, saat aku mengikuti kelas Cara Berpikir Sistem di komunitas Homeschooling-ku yang pematerinya diundang dari salah satu komunitas milik orang tua siswa. Kurang lebih materinya tentang konsep sistem dan seperti judulnya, cara berpikir sistem. Sistematis, struktur, dan semacamnya. Di sini, yang kulakukan bersama peserta lain adalah membuat semacam mind map di atas kertas besar berdasarkan metode yang sudah dicontohkan oleh pemateri. Simpelnya, kami harus menggambar, menempel, dan menulis. Biasanya aku tidak suka membuat yang begituan, tapi karena itu sedang 'kelas' dan suasananya cukup membangkitkan semangat, aku pun tidak protes dan membuat mind map yang disuruhkan.



Dan lagi-lagi ... 'tema' yang diambil untuk kami buat di atas kertas itu adalah tujuan, goal atau impian kami. Bedanya dari Bandung DreamIn, kali itu aku harus menggambarkan sebab-akibat dan sedikit detail dari setiap tahapan yang kurencanakan. Kespesifikan juga menjadi salah satu aspek yang penting dalam pembuatannya. Oleh karena itu, aku mencoba meluaskan pandangan dan membayangkan apa saja yang akan terjadi dalam setiap tahap menuju impianku. Tidak mentok sampai masuk Fakultas Psikologi, aku meneruskannya sampa ke tujuan yang paling mentok yang bisa kupikirkan.

Aku masih menyimpannya, tapi meskipun aku tidak pernah membukanya lagi sejak hari itu, aku ingat sekali kalau aku lagi-lagi menspesifikkan keinginanku masuk Fapsi Unpad dan nilai yang harus kudapatkan untuk masuk ke sana. Nilainya memang tidak persis tercapai, tapi alhamdulillah, aku berhasil masuk. Itu yang terpenting. :")

Salah satu pembimbing dalam pembuatan mind map itu juga kenalan mamaku. Saat mama mem-post kelulusanku dalam SBMPTN di media sosialnya, pembimbing itu mengomentari dengan menyinggung impian yang kutuliskan di mind map. Ya, Bu. Ibu yang jadi saksi, aku menuliskan impian itu di kertas tersebut ... sampai enam bulan kemudian Allah mengizinkanku mewujudkannya.... :")

Kertasku kosong karena sengaja kubalik ya, wkwkwk.

Selain kelas itu, satu lagi yang kuingat adalah bahwa aku sekeluarga menyempatkan untuk mengunjungi keluarga di kampung menjelang akhir Februari. Keliling seperti biasanya waktu Lebaran. Aku tidak terlalu ingat apa yang menyebabkan kami keliling di luar waktu lebaran itu, tapi yang jelas kami benar-benar memanfaatkan dua-tiga hari itu untuk bersilaturahmi dengan keluarga jauh. Satu hal yang belakangan sangat kami syukuri.

Kenapa aku menganggap momen itu penting?

Ya. Tepat. Karena beberapa minggu kemudian, virus covid-19 memasuki Indonesia. Menyebar dalam hitungan hari, mungkin jam. Ledakan jumlah penderita tak terhindarkan, hingga hari ini. :") Semua orang harus diam di rumah, bepergian ke manapun menjadi momen penuh kekhawatiran. Lebaran dan liburan manapun tidak bisa menjadi alasan kami untuk pergi mengunjungi keluarga jauh karena keselamatan diri dan mereka lebih penting. :")

Itulah kenapa belakangan mamaku bilang bahwa sungguh untung kami menyempatkan untuk bersilaturahmi di bulan sebelumnya. Kalau tidak 'memaksakan diri', entah kapan lagi kami bisa melihat mereka. :") 

Maret

Bulan ini jadi permulaan dari semua kesedihan tahun ini, kurasa. Aku ingat banget waktu itu. Semuanya terjadi begitu cepat. Sabtu, 14 Maret adalah hari di mana aku harus mengikuti ujian tulis untuk kenaikan kelas di les bahasa Inggris. Berhubung waktu itu perintah menjaga jarak dan cuci tangan sudah diturunkan dan bahkan sudah tertempel pula di dinding kelas kami, suasana sudah mulai terasa berbeda. Jaga jarak tidak terlalu menjadi soal, kebetulan, posisi duduk kami memang harus berjauhan karena sedang ujian, haha.

Atmosfer saat pulang dari Bandung hari itu sudah terasa berbeda bagiku. Ya, siapa sangka. Esok harinya, persis sehari sebelum mestinya aku dan banyak siswa di negeri ini mengikuti USBN atau ujian kelulusan untuk SMA dan sederajat, perintah itu turun. USBN SMA dan UN SMK ditunda. Kepala sekolahku pun mengumumkan penundaan di grup kami. Kami tidak bisa datang ke komunitas untuk ujian. Campur aduk rasanya perasaanku. Antara senang karena ada kesempatan belajar lagi, kecewa dan kesal karena kehilangan kesempatan bertemu teman-teman seangkatanku di komunitas dan merasakan suasana ujian lagi, sekaligus takjub tentang betapa drastisnya perubahan gara-gara virus satu itu. Ujian kelulusan sekolah pun ditunda karena dia. Begitu saja. Satu hari menjelang hari H!

Hari-hari berikutnya pun berita-berita itu susul-menyusul datang. Bimbelku ditutup sementara, pembelajaran mengandalkan latihan soal dari aplikasi dan bimbingan melalui grup WA. Tempat les bahasa Inggrisku ditutup juga. Entahlah, aku tidak ingat lagi apakah waktu itu aku sudah sempat ujian lisan atau belum. Sepertinya sudah, tapi kalau belum, berarti ujian lisanku di-skip. :)

Seminggu sesudah ditunda, USBN dari komunitasku pun rupanya tetap jadi diselenggarakan. Hanya saja ... daring. Ujian menggunakan Google Form dan absensi dengan mengirimkan foto. Tidak terlalu menyulitkan selain ketegangan ujian yang tetap terasa. Berapa hari ujian, aku tidak ingat. Mungkin empat atau lima. Yang jelas, akhirnya ujian daring pertamaku itu berhasil kulalui dengan cukup lancar. Alhamdulillah.

Lalu, karya perdanaku di Wattpad tayang. Berupa tulisan nonfiksi dari hasil riset yang dimaksudkan sebagai landasan dalam membuat fiksi nantinya. Cukup menyenangkan dan menantang, apalagi teman-teman di RAWS sangat suportif meskipun rentang usia kami sangat beragam. Aku menghadapi deadline sekaligus tahap eliminasi pertama di akhir Maret. Cukup menegangkan juga karena aku baru menyelesaikan bab terakhir sebagai syarat lolos eliminasi persis di sore hari H. Tahap eliminasi itu menggugurkan sejumlah anggota yang tidak berhasil menyelesaikan jumlah bab mereka, tapi aku bersyukur karena berhasil lolos dari tahap itu meskipun sudah nyaris.

Di waktu itulah aku pertama berurusan langsung dengan LTMPT dengan membuat akun yang dibutuhkan untuk mengikuti UTBK dan SBMPTN. Momen di mana intensitas drama antara LTMPT dan calon mahasiswa baru mulai meningkat. Haha. :") Alhamdulillah aku berhasil menyelesaikannya sampai proses verifikasi dan permanen data yang sempat kuragukan, tapi untunglah ternyata lancar dan memang sudah berhasil permanen.

Terakhir tentang bulan ini (sesudah membongkar lagi chat WA), malam tanggal 24 Maret aku sempat membuat status di WA: "Kalau UN dihapus dan UTBK diundur entah sampai kapan, apa yang akan terjadi?"

Paginya saat aku mengecek WA lagi, ada seorang teman yang membalas status itu dengan sebuah screenshot. Aku ingat, aku syok banget waktu melihat kalau itu screenshot salah satu posting-an dari aku-lupa-dia-siapa bahwa sesudah rapat daring dengan Mendikbud, UN SD, SMP, dan SMA resmi ditiadakan. Senang? Enggak.:)

Mungkin iya ada senang sekitar 40%, tapi selebihnya itu kecewa. Kenapa? Yea, karena aku anak Paket C yang jarang ngerasain ujian langsung dan selalu menantikan momen ujian itu sendiri yang cuma terjadi tiga tahun sekali sesudah lulus setara SD. Di setara SMA, saat momen itu kuharap jadi momen ujian akhir yang berkesan, semuanya hancur berantakan. :") Mungkin aneh, tapi nyatanya memang begitu yang kurasakan. Haha.

Ya ... pada akhirnya lagi-lagi aku harus menerima fakta waktu itu dan bersyukur juga karena setidaknya satu beban ujian terangkat. Waktu itu ... tinggal UTBK. ~

April

Bulan itu adalah saat di mana aku seharusnya mengikuti Ujian Nasional di awal bulan dan UTBK di tanggal 20-an. Setelah UN ditiadakan, belakangan muncul juga berita bahwa UTBK juga diundur. Aku tidak terlalu ingat sebenarnya yang mana yang duluan, yang jelas berita itu ada. Agak kecewa karena jadinya beban ketegangannya bakal lebih lama lagi baru lepas, tapi di sisi lain senang juga karena ya ... ada kesempatan untuk berjuang lagi.

Di bulan itu juga, kalau enggak salah tanggal 8, pengumuman SNMPTN keluar. Seperti rutinitasku sejak satu-dua tahun sebelumnya, aku ikut mantengin internet, sibuk mencari daftar nama peserta yang lulus. Berbeda dari yang dulu, di tahun ini angkatankulah yang ikut seleksi, jadi aku lebih tegang sekaligus lebih antusias mencari. Beberapa waktu sebelumnya aku sudah membuat daftar nama teman-teman yang aku ketahui atau kuduga ikut SNMPTN atau SBMPTN. Saat akhirnya aku menemukan PDF yang kucari, aku memasukkan satu per satu nama ke kolom pencarian di PDF itu dan setiap menemukan satu yang lulus, aku memasukkan kode jurusannya ke Google untuk mencari tahu. Hasilnya kucatat dalam daftar nama yang kubuat itu.

ANEH EMANG, HAHA. :( Entahlah kalian, teman-temanku, kalau kalian baca ini, apakah bakal keberatan atau tidak kalau aku nge-stalk segitunya :") Kalau keberatan, maaf banget. :")

Singkatnya, dari sekian banyak nama yang ku-list, hanya sepuluh atau belasan yang lulus SNMPTN. Beberapa di antaranya teman baikku, and I did and still do, really proud of them :)

Selain SNMPTN, bulan itu, aku lupa tanggal berapa, juga keluar surat pemberitahuan dari LTMPT mengenai teknis baru UTBK. Aku ingat, saat pertama membacanya sekilas, aku tidak segera menyadari bahwa di sana tertera keterangan mengenai tipe soal ujian yang hanya TPS. Entahlah aku menyadarinya sendiri atau baru sadar setelah membaca komentar teman-teman, yang jelas begitu tahu hal itu, aku histeris, nyaris harfiah. :)

Ya, maafkan aku teman-temanku yang pro TKA. :") Pengumuman itu benar-benar jadi titik balik bagiku yang sebenarnya sudah pasrah dengan TKA yang nyaris sama sekali tidak bisa kukerjakan setiap kali try out. Kegirangan sendiri di kamar sampai mamaku kaget. Haha. Salah satu hal yang paling kusyukuri waktu itu karena terus terang saja aku memang pernah berharap, selintas saja, seandainya UTBK cuma TPS saja pasti aku bisa sedikit lebih percaya diri. Tapi aku tidak pernah berpikir kalau itu akan sungguhan terjadi! Meskipun ya ... ironisnya itu terjadi karena pandemi dulu. :")

Mei

Tanggal 2 Mei, Hari Pendidikan Nasional sekaligus hari kelulusan bagi siswa SMA/SMK sederajat, termasuk kami yang Paket C. Ucapan selamat berupa banner yang turut diberikan oleh kepala sekolah membuatku speechless sebetulnya karena tidak menyangka akhirnya akan ada 'event' yang berbarengan dengan sekolah formal. Haha, agak miris.

Kalau tidak salah di bulan Mei jugalah kami pertama mendapat kabar tentang tanggal pasti UTBK. Juli. Ditunda tiga bulan dari sebelumnya. Which means sebetulnya perpanjangan waktu tiga bulan juga untuk belajar. :)

Bulan itu juga ada Lebaran Idul Fitri. Momen yang terasa berbeda karena semuanya salat Ied di rumah dan tidak ada acara mudik. Agak sedih memang, momennya jadi tidak terlalu terasa istimewa. Tapi ya ... tak apa seandainya itu akan membantu mengurangi dampak pandemi. Hm. :")

Juni

Juni mulai memasuki sebulan menjelang UTBK. Pendaftaran UTBK dan SBMPTN dibuka. Sebelumnya sebetulnya aku sempat berniat untuk menjadikan Fapsi Unpad sebagai pilihan tunggal karena aku tidak mau mengambil risiko diterima di jurusan lain. "Fapsi Unpad atau gap year" adalah tekadku waktu itu. Tetapi, mamaku tidak setuju. Menurutnya sayang jika pilihan dua dikosongkan sementara ada kesempatan untuk lulus juga di situ. Sesudah pertimbangan, pencarian, dan diskusi panjang, akhirnya aku 'mengalah' dengan bersedia memasukkan Biologi Unpad ke dalam pilihan kedua dan menyingkirkan pilihan Biologi UPI, Sastra Inggris Unpad, IPB, dan Psikologi UPI.

Di hari yang kupilih untuk melakukan pendaftaran, aku lupa persisnya tanggal berapa, kalau enggak salah di bawah tanggal 10, aku pun mulai mengisi kolom pendaftaran SBMPTN. Kolom pendaftaran serta pembayaran UTBK sudah kuselesaikan beberapa hari sebelumnya. Pilihan pertama, aku memasukkan Psikologi Unpad, tidak ada masalah. Kebingungan mulai timbul saat aku hendak memasukkan pilihan kedua.

Prodi Biologi tidak ada pada pilihan untuk Universitas Padjadjaran.

Aku bingung, mamaku juga, tapi lalu aku teringat sesuatu dan langsung mengecek web LTMPT. Ya. Syarat SMTA Biologi Unpad ternyata tidak menyediakan slot untuk lulusan Paket C tahun ini. Bukan cuma Biologi, tapi juga seluruh prodi FMIPA dan beberapa prodi lainnya. Kandas sudah. Aku tidak bisa melakukan apa-apa kalau sudah begitu. Sempat terjadi sedikit kehebohan dan kekecewaan tentang itu. Mendung juga sempat melandaku meskipun itu bukan pilihan pertamaku.

Ya, aku seperti merasakan apa yang dirasakan teman-teman yang tidak lolos syarat SMTA saat aturan itu pertama diberlakukan beberapa waktu sebelumnya.

Akhirnya, karena prodi itu tidak bisa kutembus, mama memintaku mencari pilihan lain. Pilihan univ yang diizinkan dan disarankan untukku sempit, hanya Unpad, apalagi karena situasi pandemi. Aku bisa saja mengambil jurusan Soshum, linjur, tapi prodi-prodinya tidak terlalu menarik hatiku, bahkan Sastra Inggris yang kuidamkan saat SD kehilangan pesonanya sesudah diskusi panjang sebelumnya.

Mama mengajukan lagi Teknologi Pangan, prodi yang sebelumnya sudah beliau sarankan untukku sejak kelas 12 semester 1 (atau malah sejak kelas 11, entahlah) tapi kulepaskan karena beberapa hal. Memasukkan Tekpang ke pilihan kedua sesudah pilihan pertamanya Psikologi sebetulnya agak nekat karena passing grade-nya berdekatan. Aku tidak terlalu peduli tentang itu sebenarnya meskipun bimbelku pasti akan keberatan.

Yang jadi masalah adalah prodinya sendiri. Aku tidak suka Kimia dan masih belum bisa berdamai dengan Fisika, Matematika pun moody. Padahal Tekpang bertaburan tiga materi eksak itu. Aku takut tidak sanggup. Tapi aku coba mencari info lagi. Fokus pada review jurusan. Puluhan sampai ratusan komentar tentang Tekpang kutelusuri sampai beberapa prospek menarik perhatianku dan membuatku mempertimbangkannya lagi.

Setelah berpikir keras beberapa waktu dan diskusi lagi, akhirnya aku setuju untuk memasukkannya ke dalam pilihan kedua. Lebih karena tidak ada pilihan lain di antara prodi lain di Unpad. Tanggal 10 (atau 12 Juni ya), aku kembali melakukan proses pendaftaran, hati-hati memilih prodi, dan melanjutkan proses sampai pilihanku berhasil tersimpan permanen dan kartu sudah bisa kucetak.

Drama. Ya, drama banget. :") Alhamdulillah semuanya akhirnya bisa selesai dan sangat-sangat alhamdulillah yang syarat SMTA-nya begitu itu bukan Psikologi. Kalau sampai Psikologi juga, entah gimana nasibku sekarang. :")

Selanjutnya, di bulan Juni itu juga aku sempat pergi ke luar kota kecamatanku, sepertinya untuk pertama kalinya sejak pandemi. Aku agak lupa tujuan utamanya buat apa, aku hanya ingat kalau aku mengajak papa yang pergi bersamaku waktu itu untuk mampir dulu ke Unpad. Survei lokasi. :) Sebetulnya sempat ada isu bahwa dilarang untuk melakukan survei lokasi langsung, tapi entahlah, mungkin baru di beberapa tempat, karena saat tiba di Gerlam dan menyampaikan tujuan kami ke satpam, kami tetap diizinkan masuk.

Kami naik ke odong Saintek (iya, jadinya ngelewat Fapsi lagi) bersama seorang ibu yang rupanya dosen di Biologi (waktu itu dalam hati aku tersenyum miris sekaligus geli karena berarti ibu itu calon dosenku kalau aku masuk Biologi :"). Alhamdulillah juga kebetulan bareng dosen tersebut karena dari beliaulah kami tahu cara menghentikan odong dan diberitahu juga arah ke lokasi yang kami tuju. Singkatnya, kami berhasil survei tempat dan aku memotret gedungnya untuk jaga-jaga kalau lupa.



Ya ... begitulah, semester pertama 2020 ini didominasi impian yang kelihatannya kugaungkan dalam setiap kesempatan, haha. :") Semester kedua 2020 barulah aku memasuki fase baru yang benar-benar baru bagiku, dan tentunya teramat istimewa juga. ^^

-To be continued-